Danbergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.---Saling share 1. ada peristiwa apa hari ini 2. bagaimana perasaanmu 3. menamai perasaan sendiri agar bisa menjadi cerdas 4. duduk dan KomentarArtikel : Tuhan memberkati Indonesia. Damailah Indonesia. vKetika Yesus disalibkan ia berdoa untuk penyalibnya, "Bapa mengampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan." (Lukas 23:34) Biarlah Pagi hari ini kita boleh belajar, untuk bisa memaafkan sesama kita, tidak perduli siapa yang salah atau siapa yang merasa benar, akan tetapi kami mau belajar untuk bisa memaafkan siapapun mereka TuhanYesus sendiri melaksanakan apa yang Ia ajarkan ini. Puncaknya adalah ketika Ia mengampuni orang-orang yang telah menganiaya dan menyalibkan-Nya, ketika Ia berkata kepada Bapa-Nya, “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). Bagaimanatidak, mereka dengan mudah membuang kehidupan ini hanya karena isi kehidupan mereka sedikit kotor. Tidakkah mereka tahu bahwa kehidupan ini adalah wadah (gelas) dan apa saja yang mereka lakukan dalam kehidupan ini adalah isi kehidupan itu (air). 24:22] Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan . “Pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit.’”1 Besok, Sabat Paskah, kita akan mengingat dalam cara yang khusus apa yang telah Yesus Kristus lakukan bagi kita, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”2 Pada akhirnya, kita akan dibangkitkan sebagaimana Dia dahulu, untuk hidup selamanya. Melalui mukjizat Pendamaian sakral Yesus Kristus, kita juga dapat menerima karunia pengampunan dari dosa dan kesalahan kita, jika kita menerima kesempatan dan tanggung jawab pertobatan. Dan dengan menerima tata cara yang diperlukan, menepati perjanjian, dan mematuhi perintah, kita dapat memperoleh kehidupan kekal dan permuliaan. Hari ini, saya ingin berfokus pada pengampunan, sebuah karunia penting dan berharga yang ditawarkan kepada kita dari Juruselamat dan Penebus kita, Yesus Kristus. Suatu malam di bulan Desember 1982, istri saya, Terry, dan saya terbangun oleh panggilan telepon di rumah kami di Pocatello, Idaho. Sewaktu saya menjawab telepon, saya hanya mendengar isakan tangis. Akhirnya, suara saudara perempuan saya dengan terbata-bata berkata, “Tommy meninggal.” Seorang pengendara mabuk, dengan kecepatan lebih dari 135 km per jam, secara ceroboh menerobos lampu merah di pinggiran kota Denver, Colorado. Dia dengan keras menabrak mobil yang dikendarai oleh adik bungsu saya, Tommy, yang seketika itu juga menewaskan dia dan istrinya, Joan. Mereka akan pulang ke putri kecilnya setelah pesta Natal. Istri saya dan saya segera terbang ke Denver dan pergi ke rumah duka. Kami berkumpul bersama orangtua dan saudara-saudara kandung saya, berduka atas kehilangan Tommy dan Joan terkasih kami. Kami telah kehilangan mereka karena tindakan kriminal yang tak masuk akal. Hati kami hancur, dan amarah terhadap pelanggar muda mulai menumpuk dalam diri saya. Tommy telah bekerja sebagai pengacara di Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan akan menjadi advokat untuk perlindungan tanah Pribumi Amerika dan sumber alam untuk tahun-tahun mendatang. Setelah beberapa waktu berlalu, sidang pengadilan hukuman diadakan untuk anak muda yang kedapatan bertanggung jawab atas kecelakaan maut saat berkendara. Dengan perasaan yang masih berduka dan sedih, orangtua saya dan kakak sulung saya, Katy, menghadiri sidang. Orangtua pengendara mabuk itu juga ada di sana, dan setelah sidang berakhir, mereka duduk di bangku dan menangis. Orangtua dan kakak saya duduk berdekatan sewaktu mereka berusaha untuk mengendalikan emosi mereka sendiri. Setelah beberapa saat, orangtua dan kakak saya berdiri dan menghampiri orangtua pengendara itu dan memberikan ucapan penghiburan dan pengampunan. Para pria berjabat tangan, dan para wanita berpegangan tangan, ada duka mendalam dan air mata untuk semua dan sebuah pengakuan bahwa kedua keluarga telah amat menderita. Ibu, Ayah, dan Katy memperlihatkan kekuatan dan keberanian yang tenang dan menunjukkan kepada keluarga kami seperti apa pengampunan itu. Jangkauan pengampunan di saat-saat itu menyebabkan hati saya sendiri melembut dan membuka jalan penyembuhan. Seiring waktu saya belajar bagaimana memiliki hati yang mengampuni. Hanya dengan bantuan dari Raja Damai beban rasa sakit saya diangkat. Hati saya akan selalu merindukan Tommy dan Joan, tetapi pengampunan sekarang mengizinkan saya untuk mengingat mereka dengan sukacita yang tidak terkekang. Dan saya tahu kami akan bersama lagi sebagai keluarga. Saya tidak menyarankan agar kita membiarkan perbuatan melanggar hukum. Kita paham sepenuhnya bahwa individu harus bertanggung jawab untuk tindakan kriminal dan kesalahan perdata mereka. Namun, kita juga mengetahui bahwa, sebagai putra dan putri Allah, kita mengikuti ajaran Yesus Kristus. Kita harus mengampuni meski ketika tampaknya orang lain tidak memerlukan pengampunan kita. Juruselamat mengajarkan “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga Tetapi jika kamu tidak mengampuni orang pelanggaran mereka tidak juga akanlah Bapamu mengampuni pelanggaranmu.”3 Kita semua dapat menerima kedamaian yang tak terlukiskan dan bermitra dengan Juruselamat kita ketika kita belajar untuk dengan bebas mengampuni mereka yang telah bersalah kepada kita. Kemitraan ini mendatangkan kuasa Juruselamat ke dalam kehidupan kita dalam cara yang jelas dan tak terlupakan. Rasul Paulus menasihati “Sebagai orang-orang pilihan Allah … kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran; Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain … sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”4 Tuhan Sendiri telah memaklumkan “Karenanya, Aku berfirman kepadamu, bahwa kamu seharusnya mengampuni satu sama lain; karena dia yang tidak mengampuni saudaranya akan pelanggarannya berdiri terhukum di hadapan Tuhan; karena ada tinggal dalam dirinya dosa yang lebih besar. Aku, Tuhan, akan mengampuni yang akan Aku ampuni, tetapi darimu dituntut untuk mengampuni semua orang.”5 Ajaran-ajaran Juruselamat dan Penebus kita, Yesus Kristus, adalah gamblang, pendosa harus bersedia mengampuni orang lain jika dia berharap untuk memperoleh Brother dan sister, adakah orang-orang dalam kehidupan kita yang telah menyakiti kita? Apakah kita menyimpan perasaan benci dan marah yang tampak sepenuhnya dibenarkan? Apakah kita membiarkan harga diri menahan kita dari mengampuni dan melepaskan? Saya mengajak Anda semua untuk sepenuhnya mengampuni dan membiarkan penyembuhan terjadi dari dalam. Dan meski pengampunan tidak datang hari ini, ketahuilah bahwa sewaktu kita menghasratkannya dan mengupayakannya, itu akan datang—sama seperti itu akhirnya terjadi kepada saya setelah kematian adik saya. Mohon ingat juga bahwa elemen penting dari pengampunan mencakup mengampuni diri sendiri. “Dia yang telah bertobat dari dosa-dosanya,” Tuhan berfirman, “orang yang sama diampuni, dan Aku, Tuhan, tidak mengingatnya lagi.”7 Saya memohon agar kita semua hari ini mengingat dan mengikuti teladan Yesus Kristus. Di kayu salib di Golgota, dalam penderitaan-Nya, Dia mengucapkan kata-kata berikut, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”8 Dengan memiliki roh yang mengampuni dan menindakinya, seperti orangtua dan kakak sulung saya, kita dapat menerima janji Juruselamat, “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”9 Saya bersaksi kedamaian ini akan datang ke dalam kehidupan Anda sewaktu kita mengindahkan ajaran Yesus Kristus dan mengikuti teladan-Nya dengan mengampuni orang lain. Sewaktu kita mengampuni, saya berjanji Juruselamat akan menguatkan kita, dan kuasa-Nya serta sukacita akan mengalir ke dalam kehidupan kita. Makam itu kosong. Kristus hidup. Saya mengenal Dia. Saya mengasihi Dia. Saya bersyukur untuk kasih karunia-Nya, yang adalah kuasa yang memperkuat yang cukup untuk menyembuhkan segala sesuatu. Dalam nama sakral Yesus Kristus, amin. Yesus berkata ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. Oleh Pdt. Bigman Sirait Setiap Jumat Agung hari raya Paskah, ingatan kita pasti tertuju ke Bukit Golgota, di mana Yesus disalibkan. Di kayu salib, meski sudah menderita demikian hebat, Dia masih berseru-seru kepada Allah, meminta supaya orang-orang yang telah menyalibkan-Nya itu diampuni. Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Lukas 23 34. Ucapan Yesus yang meminta Bapa-Nya mengampuni orang-orang yang telah menyebabkan penderitaan-Nya memang menarik untuk kita renungkan. Timbul pertanyaan apakah orang-orang yang menyalibkan Dia itu memang tidak tahu tentang apa yang mereka lakukan? Apakah mereka layak lolos dari tanggung jawab karena ketidaktahuan itu? Mereka pasti tahu apa yang mereka lakukan, karena secara sadar menuduh Yesus melakukan kesalahan. Dengan sadar pula Pontius Pilatus mengadili sekaligus mengesahkan hukuman, sekalipun tidak ditemukan kesalahan-Nya. Fakta sejarah mengatakan bahwa mereka tahu apa yang mereka lakukan, bahkan Yesus telah menjadi target. Tetapi, mengapa Yesus justru mengatakan kalau mereka tidak mengerti apa yang mereka lalukan, sehingga meminta kepada Bapa Surgawi supaya mengampuni mereka? Dalam perspektif teologis kita bisa melihat bahwa orang-orang berdosa adalah orang-orang bodoh. Mereka disebut bodoh bukan karena tidak bisa menghitung uang. Tetapi mereka bodoh tentang kebenaran, karena dosa telah menghitamkan, meluluhlantakkan seluruh kehidupannya sehingga tidak mampu membaca, mengamati dan memahami kebenaran. Maka dapat dikatakan bahwa orang-orang yang menyalibkan Yesus itu adalah orang-orang bodoh, sebab tidak tahu siapa Yesus. Mereka bodoh karena tidak mengenal bahwa Dia adalah Tuhan. Bahkan yang lebih bodoh lagi, mereka menyalibkan juruselamat itu. Mereka sombong karena mengira telah berhasil membunuh-Nya di kayu salib. Ahli-ahli Taurat selaku institusi resmi keagamaan tersenyum karena beranggapan mereka telah menggapai kemenangan dengan membungkam mulut Yesus yang selalu mengemukakan kebenaran sesuatu hal yang tidak nyaman di hati dan telinga para ahli Taurat yang munafik itu. Kebenaran yang dikemukakan Yesus itu menggugat perilaku kehidupan mereka. Mereka memang tidak tahu apa yang mereka lakukan karena sebetulnya mereka tidak tahu siapa diri mereka. Mereka tidak tahu siapa anak Allah itu sehingga memperlakukan Dia dengan sangat hina. Orang-orang yang menyiksa Yesus itu memang terlalu bodoh untuk mengenal bahwa Dia adalah Tuhan yang hidup. Mereka tidak mengenal Yesus karena telah dibutakan oleh dosa. Jadi orang-orang yang menyalibkan Yesus itu pantas dikasihani, dan itulah yang dilakukan Yesus. Secara naluri kemanusiaan, kita tidak bisa menerima ini. Karena Dia-lah yang mestinya menghukum orang-orang berdosa. Tetapi rasa belas kasihan-Nya telah menciptakan terobosan untuk memahami posisi orang-orang yang menyalibkan itu. Rasul Rasul Paulus berkata, bahwa perang yang kita hadapi ini bukan daging dan darah, tetapi roh-roh di udara yang bisa membutakan mata manusia dalam memahami kebenaran. Dan inilah yang terjadi di Bukit Golgota. Kita seringkali merasa diri benar, merasa diri hebat, karena dilumuri dosa yang melimpah sehingga tidak mampu memahami kebenaran. Kita yang tidak mampu mengenali kebenaran itu justru semakin jatuh ke dalam dosa yang mencekam dan menjepit kehidupan. Dosa membuat kita gelap mata sehingga tidak lagi mampu memahami eksistensi diri kita. Kita tidak mampu lagi mengenali siapa kita dan bagaimana seharusnya kita hidup. Orang-orang berdosa merasa bangga ketika menghasilkan karya dalam keberdosaannya dan beranggapan bahwa mereka sudah menyelesaikan persoalan hidup. Mereka beranggapan kalau sudah menjadi pendeta maka bereslah semuanya. Kalau sudah menjadi majelis bereslah semua. Kalau sudah menjadi seorang Kristen beres pulalah semua. Tetapi jangan lupa, peristiwa Jumat Agung di Bukit Golgota itu merupakan buah karya para pemimpin agama, buah karya orang-orang yang menyebut diri mengenal Tuhan, bangsa pilihan. Karena itu, kita pun mestinya sadar, Bukit Golgota bukan sekadar sebuah bukit memori yang kita kenang setiap merayakan Paskah, lalu menangis. Tetapi lebih daripada itu, banyak hal yang harus kita lakukan dalam kehidupan ini, yaitu bagaimana menyenangkan hati Tuhan, melakukan kehendakNya. Banyak hal yang mestinya bisa kita lakukan supaya nama-Nya dimuliakan. Tetapi, kita tidak melakukannya. Kenapa? Karena dosa telah menutup selaput mata kita sehingga tidak dapat melihat kebenaran. Tetapi kita beruntung, sebab Dia berkata, Ampuni mereka, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka perbuat. Orang yang tidak mengerti tentang apa yang mereka perbuat itu, melihat Yesus sebagai momok hantu yang meresahkan, musuh yang menggelisahkan, karena ucapan-ucapan-Nya yang serba terus terang itu menusuk ulu hati. Dia membawa kebenaran yang tidak dikemas dalam baju-baju bagus berasesoris menarik. Setiap kalimat yang meluncur dari mulut-Nya serasa menghujam jantung orang-orang munafik serta membuat marah orang yang gemar berbuat dosa, termasuk para ahli agama dan imam pada masa itu. Memang, banyak orang yang tidak senang dengan kebenaran sejati. Oleh karena itulah, bagi mereka, Yesus merupakan suatu masalah yang harus segera diselesaikan. Bagi Yesus sendiri, kematian itu bukan masalah, sebab memang untuk itulah Dia datang ke dunia ini. Dia berkata, Memang harus ada penyesat, tetapi celakalah mereka yang menjadi penyesat itu. Yesus harus mati, tetapi celakalah mereka yang menjadi penyebab kematian-Nya itu. Sebab dengan membunuh Yesus, mereka justru membunuh masa depannya sendiri, mereka membunuh kebenaran yang mereka kumandangkan. Sungguh suatu tragedi. Pada hari Jumat Agung, Dia disalibkan karena kita dengan sadar berkata, Salibkan Dia! Dia disalibkan karena kita dengan sadar berkata bahwa Dia bukan siapa-siapa. Dia disalibkan karena dengan sadar kita berkata bahwa kitalah kebenaran itu. Karena merasa sebagai kebenaran, kita terus-menerus menyuarakan suara Tuhan, tetapi tidak pernah melakukannya dalam kehidupan. Kita terus melakukan aktivitas agamawi secara luar biasa, tetapi jauh dari kuasa Allah. Karena itulah Yesus berkata, Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Selamat Paskah.* Diringkas dari kaset Khotbah Populer oleh Hans Lukas 2334a"Yesus berkata "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." "- Ilustrasi Yesus Kristus - Mengampuni bukanlah sesuatu hal yang mudah sebab terasa berat apalagi jika yang menyakiti kita adalah orangyang disayangi. Perasaan sakit hati akan membekas menjadi marah dan dendam. Sangat sulit memberi pengampunan apalagi telah diberikan berulang-ulang kali. Tetapi di sisi lain terkadang tidak mengampuni akan menjadi beban yang sangat menyakitkan sebab menyimpan kesalahan orang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Doa Yesus ketika ia disalib adalah “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, Yesus berdoa memohon pengampunan untuk orang-orang yang melakukan hukuman mati-Nya. Dosa yang mereka lakukan memang layak untuk tidak diampuni. Tetapi justru Yesus berdoa untuk mengampuni dosa mereka. Yesus juga mengajar dalam doa “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” Mat. 612 “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu” Mat. 614. “Yesus berkata kepadanya; Bukan, Aku berkata kepadamu Bukan sampai tujuh kali,melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” Mat. 18 22. Keluarga Kristen diajar untuk setia berdoa dan belajar dari doa Yesus. Berdoalah untuk pengampunan dosa baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain termasuk yang menyakiti dan membenci kita dengan memohon pengampunan akan dosa-dosa yang mereka perbuat. Walaupun mungkin berat, namun belajarlah untuk mengampuni. Jangan menuntut pembalasan karena itu hak Tuhan. Kitab Efesus 432 mengatakan; “Bersikaplah baik satu sama lain, lembut hati saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Mengampuni adalah suatu keharusan sebab Yesus sudah mengampuni kita. Lukas 627-35 mengajarkan tentang kasih kepada musuh. Orang percaya harus mengampuni sama seperti Yesus mengampuni. Tuhan menginginkan kita untuk tidak hidup dalam beban menyimpan kesalahan orang tetapi kita harus sanggup melepas pengampunan. Amin. DOA Ya Tuhan, ajar kami untuk terus berdoa bagi diri sendiri dan orang lain. Ajar kami untuk mudah mengampuni orang yang berbuat salah pada kami dan mengasihi musuh. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yg mereka perbuat